"Pelatih sukses Belanda akan menangani timnas sepakbola Indonesia untuk lolos olimpiade Montreal,"demikian bunyi pemberitaan di Belanda.
Berita ini muncul kembali ketika Eka Tanjung menyelami arsip sejarah hubungan sepakbola Indonesia- Belanda.
Satu kejadian penting sepanjang sejarah hubungan dengan Belanda selain partisipasi timnas Hindia Belanda pada Piala Dunia 1938 adalah hadirnya pelatih kondang Belanda Wiel Coerver melatih timnas Indonesia 1975.
Koran Limburgsch Dagblad menampilkan berita yang kala itu cukup mengejutkan. Pada terbitan 2 Januari 1975, koran Belanda selatan itu memberitakan bahwa Wiel Coerver ke Indonesia.
"Pelatih Feyenoord Wiel Coerver, di akhir musim menjadi pelatih dan coach asosiasi sepakbola Indonesia."
"Ia ditugasi menyiapkan timnas Indonesia menuju Olimpade Montreal. Wiel Coerver ditawari kontrak tiga tahun. Selama di Indonesia ia akan didampingi asisten pelatih asal Limburg."Salah satunya adalah Wim Hendriks.
Pada Januari 1975 tergolong berita besar yang membuka mata publik Belanda akan keseriusan Indonesia, ingin maju. Indonesia memilih sosok yang flamboyan, pelatih cerdas yang punya theori dan
karep sorangan.
Pelatih SuksesCoerver adalah pelatih sukses ketika mengumumkan berangkat ke Indonesia. Dia baru saja mengantar Feyenoord menjadi juara liga tertinggi Belanda dan menjadi juara Eropa League.
Tahun-tahun itu belum banyak pelatih Eropa yang berangkat ke Asia. Langkah Indonesia dipandang sebagai sebuah gebrakan yang ambisius. Negeri mantan jajahan Belanda itu saat itu sudah mencintai sepakbola, mungkin lebih maju dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand apalagi Filipina.
Pada bulan Mei 1975 kontrak Coerver dengan Indonesia menjadi kenyataan. Mantan pelatih Feyenoord menandatangani kontrak dua tahun sebagai pelatih timnas Garuda. Akhirnya ia melatih dalam dua periode di Indonesia.
Menarik menyimpak beberapa temuan Coervoer soal pemain sepakbola Indonesia. Kepada wartawan Belanda yang menjumpainya Wiel Coerver jelang keberangkatannya untuk kedua kali ke Jakarta.
60 kg
"Saya kesulitan menaikkan berat badan pemain di atas 60 kg. Mereka tetap berbadan ramping."
Di sini menunjukkan betapa Coerver sudah melihat perlunya kekuatan fisik dari pemain sepakbola. Hal itu terbukti tahun-tahun belakangan ini, 40 tahun kemudian di era 2010an pada setiap pemain sepakbola yang mengembangkan otot. Coerver sudah lebih dahulu melihat pentingnya kondisi fisik dan skill individu.
Spektakuler
Pada wawancara itu Coerver juga mengatakan kesenangannya bekerja di Indonesia.
"Kita banyak berlatih heading sundulan, Saya berlatih keras dengan sekelompok pemain. Hasilnya
kami berhasil menahan imbang Benfica (Portugal) 1-1. Mereka di Jakarta dalam rangka peringatan kemerdekaan Indonesia ke 30."Pertandingan yang sangat spektakuler."
Dia jelas-jelas senang melatih di Indonesia.
"Melatih di Indonesia memberikan kebahagiaan yang luar biasa. Para pemain tidak banyak mengeluh. Kami berlatih dengan zandzak (sak pasir dipanggul di pundak untuk meningkatkan kekuatan fisik. red.)"
Coerver juga melihat motivasi pada pemain untuk berkembang.
"Anak-anak ingin meraih masa depan yang lebih baik. Dua pekan pertama bulan Februari, kami akan menghadapi lawan berat dalam kualifikasi olimpiade. Harus menang dari Australia dan Birma."
"Saya senang di Indonesia. Kami mengajari anak-anak menguasai gocek gaya Beckenbauer dan Cruyff."
Koran ini menyebutkan bahwa Wiel Coerver di Indonesia, tidak menghadapi kendala dari sisi sepakbola. Tetapi malah dari luar sepakbola. Cuaca Jakarta yang terlalu panas dan makanan Belanda yang sulit didapat.
Beberapa saat kemudian muncul berita "Indonesia Menang."Pada pertandingan kualifikasi Olimpiade, timnas Indonesia, asuhan mantan pelatih Feyenoord, Wiel Coerver menang 2-1 dari Malaysia. Pertandingan berlangsung di Jakarta.
Demikian sekilas temuan Eka Tanjung mengenai sosok Wiel Coerver pelatih kondang Belanda yang menangani timnas Indonesia. Belakangan terbukti bahwa Indonesia hampir saja lolos ke Olimpiade Montreal. Hanya kalah adui pinalti dari Korea Utara pada pertandingan terakhir.
Bicara hari ini, di kala sepakbola Indonesia sedang terkubur di dalam lembah, maka periode 1975-1976 perlu diulang kembali. Indonesia mendapat menanganan dari pelatih kaliber dunia. Sekelas Guus Hiddink, Dick Advocaat, Louis van Gaal, Arsene Wenger, Mourinho hari ini.
Selain Cruyff, Wiel Coerver merupakan soko guru sepakbola moderen. Walaupun theori mereka tidak selalu diikuti oleh timnas Belanda hari ini, tapi pelatih ini memiliki visi sepakbola yang jelas.
Menuliskan dan menyampaikan pandangannya secara jelas dan bisa diterapkan. Mungkin saat ini untuk bangkit dari jurang keterpurukan, Indonesia membutuhkan sosok pelatih seperti Coerver.
Hari ini pelatih yang mewarisi theori Coerver sejati adalah:
Ricardo Moniz dan
René Meulensteen